Post Top Ad

Post Top Ad

Monday, December 23, 2013

6:34 PM

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN III (Nifas dan Menyusui)


I.     Pendahuluan
A.      Tujuan instruksional
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada masa nifas
B.       Deskripsi singkat
Pada pokok bahasan ini diharapkan mampu melihat suatu keterkaitan pokok bahasan dalam mata kuliah asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga penerapan serta pemahaman dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dapat terlaksana secara menyeluruh yang terdiri dari : Pengakajian data fisik dan psikososial, merumuskan diagnosa / masalah aktual, merumuskan diagnosa masalah potensial, evaluasi asuhan masa nifas, program tindak lanjut asuhan masa nifas di rumah.
C.       Manfaat
Untuk mengetahui langkah – langkah apa saja yang akan dilakukan di dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas serta penanganannya.
D.      Bacaan
saifuddin, BA. (2007). Acuan Nasional Pelayanan kesehatan Maternal & Neonatal. YBP – SP. Jakarta
Saifuddin, BA. (2002). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neontal. YBP
– SP . Jakarta
Varney, H dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4 volume 2 ECG. Jakarta
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. YBP – SP. Jakarta

II.     Penyajian
A.      PENGKAJIAN DATA
1.         DATA SUBYEKTIF
a.       Identitas isteri dan suami
Berisi nama serta latar belakang pendidikan, pekerjaaan suku dan agama serta alamat lengkap. Hal ini berguna agar saat pemberian asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan sosial budaya dan ekonomi. Pencantuman alamat lengkap memudahkan dalam kunjungan rumah dan kondisi yng mengharuskan tindak lanjut di rumah pasien.

b.      Data biologis/fisiologis
1)   Keluhan utama
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana pengaruhnya pada ibu. Contoh: Ibu merasa nyeri pada perineum akibat adanya jahitan luka jalan lahir, sehingga ibu merasa sakit jika duduk dan upaya yang dilakukan adalah duduk miring kiri atau kanan.

2)   Riwayat kelahiran dan persalinan
Kaji riwayat persalinan secara lengkap dengan menyertai durasi setiap kala dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada setiap kala, dan tindakan yang dilakukan dalam mengatasi setiap masalah.
3)   Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu
Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau melahirkan sebelumnya.
4)   Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-penyakit degeneratif (jantung DM, dll), infeksi saluran kencing.
5)   Riwayat penyakit keturunan dalam keluargaØ
Misalnya penyakit ashma dan penyakit keturunan lainnya
6)   Riwayat penyakit menular dalam keluargaØ
Misalnya TBC, heoatitis danHIV/AIDS

c.       Pemenuhan kebutuhan dasar
Dikaji dengan tetap memperhatikan kondisi pasien masa nifas
Kebutuhan nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Personal hygiene
Mobilisasi
Sexual

d.      Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi ekslusif cara menyusui,KB serta hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam
masa nifas dan meyusui

e.       Data psikososial, ekonomi dan spiritual
Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayI
Pola hubungan ibu, suami dan keluarga
Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga
Kepercayaan dan adat istiadat

f.        Data tambahan
Dapat berisi beberpa data tambahan misalnya obat-obatan yang diperoleh selama
masa nifas.


B.       DATA OBYEKTIF
a.    Pemeriksaan fisik
1)      Keaaan umum dan kesadaran
2)      Tanda-tanda vital
a)      Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
b)      Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat pada hari kedua samapi hari kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c)      Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
d)     Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
e)      Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.
f)       Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial.

g)      Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan kandung kemih. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, posisi dan tinggi fundus uteri.
h)      Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas dan bau lokhea. Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.
i)        Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda homan, refleks.
Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.
b.    Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjnag lainnya.

C.       MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL.
Berasal dari data – data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diidentifikasikan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang.
Diagnosa sebaiknya memasukkan juga riwayat paritas, contoh P2OO AH 2 partus aterm spontan, PP hari ke2 ibu dan bayi normal
Beberapa masalah yang mungkin ada pada masa nifas:
1.      Masalah nyeri
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus – menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan menyebabkan intermitten ( sebentar – sebentar ). Berbeda pada wanita primipara, yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermitten. Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis posterior. Pelepasan oksitosin tidak memicu refleks let down (pengeluaran ASI) pada payudara, tetapi jugamenyebabkan kontraksi uterus.
Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik, yang memerlukan kandung kemih kosong. Ibu harus diingatkan bahwa pengisian kandung kemih yang sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan cairan setelah melahirkan akan menyebabkan kebutuhan berkemih yang sering. Kandung kemih yang penuh menyebabkan posisi uterus keatas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus yang lebih nyeri. Jika kandung kemih kosong, beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah posisi dirinya berbaring telungkup, dengan bantal atau gulungan selimut diletakkan dibawah abdomen. Kompresi uterus yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram secara signifikan.
Analgesia yang efektif bagi sebagian besar wanita yang kontraksinya sangat nyeri dapat diperoleh dengan mengutamakan asetaminofen (tylenol) ataupun ibuprofen (motrin). Meskipun produk yang mengandung aspirin tidak direkomendasikan bagi ibu menyusui karena resiko penurunan hitung trombosit dan dapat menyebabkan sindrom Reye, ibuprofen dan asetaminofen terbukti aman.

2.      Masalah nyeri yang lain juga bisa disebabkan karena luka jahitan bekas laserasi jalan ahir.
Masalah infeksi
Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi tidak lagi bertanggung jawab terhadap tingginya insiden mortalitas puerperium seperti dahulu, saat lebih dikenal sebagai demam nifas. Akan tetapi, infeksi puerperium masih bertanggung jawab terhadap presentase signifikan morbiditas puerperium.
Beberapa faktor predisposisi :
a.         Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban.
b.         Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh penderita, seperti perdarahaan banyak, preeklamsia, juga infeksi lain, seperti pnemonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
c.         Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
d.        Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
Organisme pada infeksi puerperium berasal dari 3 sumber :
a.       organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia bawah atau dalam usus besar.
b.      Infeksi saluran genetalia bawah.
c.       Bakteri dalam nasofaring atau tangan personel yang menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan. Bakteri dari sumber infeksi pertama adalah bakteri endogen dan menjadi patogaen hanya jika terdapat kerusakan jaringan atau jika terdapat kontaminasi saluran genetalia dari usus besar. Wanita sebaiknya secara rutin di jalani menjalani penapisan terhadap adanya infeksi saluran genetalia bawah dan segera ditangani saat pranatal. Sumber infeksi ketiga paling baik dicegah dengan mencuci tangan dan teknik asepsis yang cermat.
Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan kalaborasi dengan dokter.
3.      Masalah cemas
Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi ringan sekilas tersebut, atau “ biru postpartum “, paling mungkin merupakan akibat sejumlah faktor. Penyebab yang menonjol adalah :
a)        kekecewaan, emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan,
b)        Rasa sakit masa awal yang telah diterangkan diatas,
c)        kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum padak kebanyakan Rumah Sakit,
d)       kekecewaan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan Rumah Sakit,
e)        Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bag suaminya. Pada sebagian besar kasus, terapi yang efektif tidak perlu apa – apa kecuali antisipasi, pemehaman, dan rasa aman. Seperti ditekankan oleh Robinson dan Stewart (1986), gangguan ringan ini hilang sendiri dan biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari, meskipun kadang kala menetap sampai 10 hari. Begitu depresi postpartum menetap, atau bertambah buruk, perlu dipertimbangkan yang khusus untuk mencari gejala – gejala depresi psikotik, yang memerlukan konsultasi cepat. Para wanita khususnya yang rentan terhadap depresi yang lebih berat adalah mereka yang mengalami kesulitan perkawinan yang besar. Watson dkk (1984) melaporkan bahwa 12 % wanita mengalami gangguan depresif yang secara klinis relevan pada 6 minggu setelah kelahiran, tetapi pada 90 % kasus, aspek situasional atau masalah jangka panjang mempunyai peranan etiologik yang penting

4.      Gangguan perkemihan
Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum.
Segera setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam panggul. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi seluruh saluran kemih.
Sekitar 40 % wanita pascapartum tidak mengalami proteinuria nonpatologis sejak segera setelah melahirkan hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang diambil bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan preeklamsia.
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum. Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah. Hal ini merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama hari – hari pertama pascapartum.
5.      Gangguan BAB
Defekasi atau buang air bersih harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris.. Dengan diadakannya mobilisasi sedini – dininya, tidak jarang maslah ini dapat diatasi. Di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan istirahat dalam berjam – jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita
6.      Masalah menyusui
7.      Meliputi kemampuan ibu dalam menyusui dengan benar, kondisi payudara, perilaku ibu dalam meyusui, pemberian susu formulan.dsb.

D.      MERUMUSKAN DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
Diidentifikasi kemungkinan adanya maslah potensial dengan didukung dengan data baik subyektif maupun obyektif.
Contohnya, Potensial terjadi infeksi pada jahitan jalan lahir
Dasar/data pendukung
Data Subyektif
• Nyeri bila bergerak dan duduk
• Ibu belum tahu melakukan vulva hygiene dengan benar
Data Objektif
• Luka jahitan masih basah
• Pengeluaran lokhia rubra

E.       MENETAPKAN KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA ,KOSULTASI dan KOLABORASI
Ditetapakan apabila terdapat kondisi pasien yang membutuhkan tindakan segera, misalnya adanya perdarahan yang membutuhkan tindakan rehidrasi dan penentuan penyebab perdarahan.

F.        PERENCANAAN
Penatalaksanaan asuhan selama selama pureperiummeliputi:
1.      Penatalaksanaan puerperium awal
Penatalaksanaan puerperium awal meliputi penatalaksanaan perawatan ketika berada di fasilitas kesehatan setelah melahirkan dan ketika kembali ke rumah.
2.      Memberi pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
4.      Pemenuhan kebutuhan mobilisasi (early ambulasi, senam nifas, senam kegel) istirahat, eliminasi (ketidakmampuan berkemih)
5.      Medikasi (vitamin A,B dan C, Zat besi, penghilang nyeri, antibiotika)
6.      Perawatan payudara dan Memberi bantuan dalam menyusui
7.      Perawatan perinium termsuk pemulihan ketidaknyamanan pasca partum
8.      Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua
9.      Melakkukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah jika diperlukan.
10.  Memberi pedoman tanda-tanda bahaya masa nifas tindakan yang dilakukan
11.  Melakukan penapisan kontinu puerperium
12.  Pelayanan kontrasepsi.

G.      PELAKSANAAN ASUHAN
Dilakukan sesuai rencana berdasarkan kondisi pasien dan kebutuhan

H.      EVALUASI
Dilakukan evaluasi terhadap:
1.      Tujuan asuhan masa nifas
2.      Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
3.      Hasil asuhan

III.     PENUTUP
A.    RANGKUMAN
Pada masa nifas dapat terjadi masalah – masalah yang dapat berakibat fatal karena dapat menyebabkan kematian ibu. Maka ibu perlu perhatian yang lebih banyak dimana seorang bidan harus bisa memberikan dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
1.      Dimana meliputi Pengkajian data subyektif dan obyektif
a.       Riwayat kesehatan ibu.
b.      Riwayat sosial ekononomi
c.       Pemeriksaan fisik :
• Tanda – tanda vital
• Payudara
• Uterus
• Kandung kemih
d.      Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu

2.      Merumuskan diagnosa / masalah potensial
a.         Masalah nyeri
Nyeri setelah persalinan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus – menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan menyebabkan relaksasi intermitten.
b.        Masalah infeksi
Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium. Beberapa predisposisi :
1)      Persalinan lama, khususnya dengan ketuban pecah
2)      Semua keadaan yang akan dapat menurunkan daya tahan tubuh penderita, seperti perdarahan banyak, preeklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
3)      Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4)      Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
c.         Masalah cemasØ
Penyebab yang menonjol :
1)      Kekecewaan, emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
2)      Rasa sakit / nyeri masa nifas.
3)      Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah Sakit.
4)      Kekecewaan pada kemempuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit,
5)      Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.

Saturday, December 14, 2013

5:39 PM

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI WAWANCARA dan DOKUMENTASI

 
 
MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI WAWANCARA

A. PENGERTIAN

1. Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan pengertian dengan menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan lain (menurut M. Greenhil).
Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.
2. Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3. Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan kreativitas untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya bermacam-macam tujuan (menurut B.W. Spardly).
Yang dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan gerakan/tindakan dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan dorongan/kemauan/ide untuk bertindak menuju kemajuan.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa komponen.
Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.
Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut:
1.            Komunikator
2.            Masalah
3.            Saluran
4.            Penerima
5.            Tempat

B. TUJUAN WAWANCARA
1. Mampu memahami perilaku orang lain
Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah.
2. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju
Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.
3. Memahami perlunya memberi pujian
Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.
4. Menciptakan hubungan personal yang baik
Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.
5. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.
6. Untuk menentukan suatu kesanggupan
Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.
7. Mendorong untuk bertindak
Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan.
8. Memberi nasihat
Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada klien/keluarga/masyarakat.

C. PROSES WAWANCARA
Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
1. Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah). Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.
2. Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.
3. Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:
a. Mata (penglihatan)
Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak wajar.
b. Telinga
Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah supaya klien merasa puas.

D. MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:
1. Pengertian mendengarkan
Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat (menurut Drs. Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.
Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan memberikan perhatian dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan SRN).
2. Tujuan mendengarkan
Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah:
a. Menyenangkan hati klien
b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain
c. Memberikan rasa puas pada klien
d. Memberikan rasa aman pada pembicara
e. Menunjukkan rasa saling percaya
f. Menghargai pembicaraan
3. Teknik menjadi pendengar yang baik
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara menjadi pendengar yang baik adalah:
a. Kesiapan mendengarkan
b. Partisipasi dalam proses mendengarkan
c. Menekankan pemahaman bukan mengkritik
d. Mengendalikan emosi
e. Menangkap ide pokok pembicaraan
f. Tunjukkan sikap terbuka
g. Kontak mata yang baik
h. Posisi sejajar dengan klien
i. Gunakan sentuhan
j. Peliharalah rasa humor
k. Gunakan pertanyaan terbuka
l. Gunakan teknik terarah
4. Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik
Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa empati, cepat tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil suatu tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki pendengaran yang tajam. 

E. TEKNIK WAWANCARA
Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:
1. Inisiatif
Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:
a. Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya.
b. Mengemukakan pendapatnya.
c. Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.
Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.
2. Pendekatan tidak langsung
Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya. Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat lingkaran tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk agar kita sampai ditengah-tengah lingkaran.
3. Pertanyaan terbuka
Teknik yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengutarakan masalah yang dihadapinya. Pertanyaan terbuka sebagai cara pendekatan yang baik dan penting setiap wawancara karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang panjang dan banyak dapat menggali pendapat klien.
4. Penggunaan aktivitas verbal
Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.
5. Wawancara spontan
Dengan suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana sehungga klien tidak merasa malu atau canggung menghilangkan kesenjangan.
6. Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara
Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu klien bicara.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA
Pada waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Faktor penunjang
Dilihat dari klien
Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.
Dilihat dari pewawancara
Berhasil tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang dibutuhkan adalah:
· Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat menggali seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal.
· Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati tetapi tegas.
· Pengetahuan. Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat mencerna isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap pembicaraan klien.
· Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.
2. Faktor penghambat
Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:
a. Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap pembicaraan.
b. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien/keluarga/masyarakat.
c. Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.

PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KEBIDANAN
A. PENGERTIAN
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan atau rekaman.
Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen kebidanan, 1995).
Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat, sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien terhadap asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.
Dokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan dalam melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi kebidanan merupakan bukti legal dari asuhan pelaksanan kebidanan.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan setelah memberikan asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sasuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan atau kebidanan secara baik dan benar.

B. TUJUAN DOKUMENTASI
1. Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk :
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan/kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien.
3. Sebagai informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4. Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.
5. Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yanh kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat / bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan / kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan
Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan kebidanan.

C. PRINSIP – PRINSIP PENCATATAN / DOKKUMENTASI
Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pecatatan.
a. Isi pencatatan
1. Mengandung nilai administratif
2. Mengandung nilai hukum
3. Mengandung nilai keuangan
4. Mengandung nilai riset
5. Mengandung nilai edukasi
b. Teknik pencatatan
1. Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawata/bidan
2. Mudah dibaca, sebaiknya menbggunakan tinta warna biru / hitam
3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara faktual
4. Ringkas, singkatan yang biasanya digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai.
5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.
6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus” . validitas pemcatatan akan rusak jika ada penghapusan.
7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

D. JENIS – JENIS PENCATATAN
Ada dua jenis pencatatan :
1. Catatan pasien secara tradisional
Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya.
2. catatan berorientasi pada masalah
Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang di alami pasien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, Dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama “Problem Oriented Method”.
Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah – masalah pasien, merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisis setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian yaitu :
a. Data dasar
b. Daftar masalah
c. Rencana
d. Catatan perkembangan pasien.

E. POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN
Sistem pendokumentasian keenidanan dengan pengumpulan data rekam medik
1. Rekam Medik
Rekam medis disini diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun terekam tentang identitas anamnesa, penetuan fisik laboratoruim, diagnosa segala kebidanan dan rindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan darurat kalau diartikan secara sederhana rekam medis seakan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih luas tidak hanya catatan biasa, akan tetapi sudah merupakan segala informasi yang menyangkut tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya,yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit.
Tujuan dan kegunaan rekam medis terdapat 2 pengertian :
1. Tujuan Rekam Medis
Adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit, tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah salit akan berhasil sebagaimana diharapkan.
2. Kegunaan rekam medis
Kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :
a. Aspek administrasi
b. Aspek hukum
c. Aspek keuangan
d. Aspek penelitian
e. Aspek pendidikan
f. Askeb dokumentasi
3. Pengolahan data medis
Kegiatan dalam pengolahan data ini adalah :
a. Coding
Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang ada, berdasarkan pengelompokan penyakit yang di tuangkan dalam bentuk kode.
b. Indexing
Pembuatan indexs diantaranya indexs rawat jalan, inap, bedah penyakit, semua ini dipersiapkan untuk membuat laporan statistik rumah sakit.
4. Penyimpanan rekam medis
Terdapat dua cara penyimpanan :
a. Sentralisasi
Penyimpanan rekam medik seorang pasien dalam satu kesatuan catatan medik.
b. Desentralisasi
Penyimpanan dengan cara pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan pasien dirawat.

C. POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN
SOAP
1. Pengertian
SOAP ® Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP
a. S = Subjective Data = Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
b. O = Objective Data = Objektif Data
Menggambarka pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk mendukung Assesment.
c. A = Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi.
d. P = Perencanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara menyeluruh dalam melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.

SOAPIER
1. Pengertian
SOAPIER ® format yang lebih tepat yang digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAPIER
S : Subjective ® Pernyataan atau keluhan pasien
O : Objective ® Data yang di observasi
A : Assesment ® Kesimpulan berdasarkan data Objektif dan Subjektif
P : Planning ® Apa yang dilakukan terhadap masalah
I : Implementation ® Bagaimana dilakukan
E : Evaluation ® Respon pasien terhadap tindakan keperwatan atau kebidanan
R : Revised ® apakah rencana keperawatan atau kebidanan akan dirubah.