kesehatan ibu dan anak
10:53 PM
BAYI BARU LAHIR
Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Asfiksia Berat
Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila :
Adapun etiologi dari asfiksia pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Faktor ibu
Penatalaksanaan
a) Tindakan yang tepat yang dilakukan dapat dibagi menjadi 2 macam
c) Mengurangi kehilangan panas badan bayi dengan membungkus
2) Tindakan khusus
- Suatu konsepsi yang baru lahir dari rahim wanita melalui jalan normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai umur satu bulan. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002).
- Saat dilahirkan biasanya bayi aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan denyut jantung atau menjadi stabil bila frekuensi 120-140 x/menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. (Saifuddin, 2001).
- Tubuh : merah jambu
- Tangan dan kaki : kebiru-biruan
- Kepala dan perut : relatif besar
- Tungkai : relatif pendek dan bengkak
- Tonus umum : kenyal tidak terlalu keras
- Reflek-reflek : beberapa reflek dapat dibangkitkan
- Berat badan 2500-4000 gram
- Panjang badan 48-52 cm
- badan 30-38 cm
- kepala 33-35 cm
- jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-140 x/menit
- pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit
- Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi vernik caseosa
- Rambut lanuyo tidak terlihat, rambut tampak sempurna
- Kuku agak panjang dan lemas
- Testis sudah turun (pada anak laki-laki), labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan)
- Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
- Reflek mata bila ditegakkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk
- Graff reflek sudah baik, bila diletakkan satu benda ke telapak tangan, maka akan menggenggam
- Eliminasi, urin dan mekanium akan keluar dalam 24 jam pertama mekanium berwarna kuning kecoklatan
- Sesak nafas
- Frekuensi pernafasan 60 x/menit
- Gerakan retraksi dada
- Malas minum
- Panas atau suhu badan bayi rendah
- Kurang aktif
- Berat lahir rendah dengan kesulitan minum
- Sulit minum
- Sianosis sentral (lidah biru)
- Perut kembung
- Periode apneu
- Kejang / periode kejang-kejang kecil
- Merintih
- Pendarahan
- Sangat kuning
- Berat badan lahir <> 100 x/menit, tonus otot kurang baik, sionosis dan reflek iritabilitas tak ada dan pastikan bahwa neonatus kering dan hangat.
Asfiksia Berat
Score APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi jantung <> 100 x/menit Usaha bernafas Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif. Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Menangis. Warna kulit Biru atau pucat Tubuh kemerahan ekstremitas biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000)
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000)
Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi. Penilaian Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
- Apakah ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada letak kepala, Segera setelah bayi lahir
- Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas
Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi apabila :
- Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap. Air ketuban bercampur mekonium
- Bayi tidak bernafas atau megap-megap: lakukan tindakan resusitasi (Depkes RI, 2005)
Adapun etiologi dari asfiksia pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Faktor ibu
- Hipertensi
- Paru-paru
- Gangguan kontraksi uterus
- Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Solusia plasenta
- Plasenta previa
- Lilitan tali pusat
- Kelainan tali pusat dengan menumbung
- Melilit pada leher
- Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir Premature
- Portus lama
- Portus dengan tindakan(Alimul, 2005)
- Gila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap N. Vagus sehingga bunyi jantung menjadi lambat. Bila kekurangan O¬2 ini terus berlangsung. Maka N. Vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsang dari N. Simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang. (Mochtar, 1998)
- Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Penatalaksanaan
a) Tindakan yang tepat yang dilakukan dapat dibagi menjadi 2 macam
- 1) Tindakan umum
- a) Mengatur posisi bayi. Bayi diletakkan terlentang di atas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah.
c) Mengurangi kehilangan panas badan bayi dengan membungkus
d) Memberikan rangsangan menangis, memukul telapak kaki atau menekan tendon pada tumit bayi
e) Dalam ruang gawat darurat bayi selalu tersedia: penghisap lendir bayi dan O2 (Manuaba, 1998)
f) Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir harus segera diberi ASI dalam 30 menit sesudah lahir. (Depkes RI, 2005)
g) Mengobservasi BAB/BAK yaitu dalam 24 jam bayi BAK 6-8 kali dan BAB sedikitnya 1 kali per hari (Ladewig, 2002)
h) Memandikan bayi harus ditunda setidak-tidaknya hingga 6 jam setelah persalinan atau memandikan bayi mungkin harus ditunda lebih lama lagi. (Depkes RI, 2002)
i) Observasi keadaan umum, warna kulit, pernafasan
j) Memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir.(Saifuddin, 2002)
k) Tali pusat bisa merupakan pintu masuk bagi infeksi ketuban bayi. Tunggul tali pusat yang tidak tetutup akan mengering dan terlepas lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit tindakan membungkus tali pusat akan membuat tali pusat lembab yang akan memperlambat proses penyembuhan dan peningkatan risiko terjadinya infeksi.(Pusdiknakes, 2003)
2) Tindakan khusus
Menghadapi asfiksia neonatus memang diperlukan tindakan spesialistis, sehingga diharapkan bidan dapat segera melakukan rujukan medis dengan mempergunakan sistem nilai APGAR. Berdasarkan kriteria nilai APGAR, bidan dapat melakukan penilaian untuk mengambil tindakan yang tepat diantaranya melakukan rujukan medis sehingga keselamatan bayi dapat ditingkatkan. (Manuaba, 1999)