MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN
KEBIDANAN MELALUI WAWANCARA
A. PENGERTIAN
1.
Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu
dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan
pengertian dengan menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan lain
(menurut M. Greenhil).
Yang
dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang terdiri
dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita
wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.
2.
Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas
pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari
klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan
masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3.
Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan
kreativitas untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya
bermacam-macam tujuan (menurut B.W. Spardly).
Yang
dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan gerakan/tindakan
dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan dorongan/kemauan/ide untuk
bertindak menuju kemajuan.
Dari
uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-data
tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa
komponen.
Dimana
setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah
kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang
dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.
Adapun
komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut:
1.
Komunikator
2.
Masalah
3.
Saluran
4.
Penerima
5.
Tempat
B.
TUJUAN WAWANCARA
1.
Mampu memahami perilaku orang lain
Bila
menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian
menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah.
2.
Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju
Di
sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien
terhadap anjuran kita.
3.
Memahami perlunya memberi pujian
Dalam
menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan
memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan
masalahnya sendiri.
4.
Menciptakan hubungan personal yang baik
Dengan
menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri
kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.
5.
Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
Untuk
memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat
digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka
memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.
6.
Untuk menentukan suatu kesanggupan
Kita
harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.
7.
Mendorong untuk bertindak
Mendorong
atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan.
8.
Memberi nasihat
Didalam
wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada
klien/keluarga/masyarakat.
C.
PROSES WAWANCARA
Di
dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah:
1.
Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah).
Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.
2.
Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat
memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara
lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah
laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.
3.
Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat
yang dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:
a.
Mata (penglihatan)
Dalam
menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau mengartikan
reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak wajar.
b.
Telinga
Kondisi
telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar apa yang
diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah supaya klien
merasa puas.
D.
MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
Agar
kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara
menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:
1.
Pengertian mendengarkan
Mendengarkan
adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran sehingga dapat
menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat (menurut Drs.
Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan
yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.
Setiap
orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan seseorang. Salah satu
perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan memberikan
perhatian dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan SRN).
2.
Tujuan mendengarkan
Maksud
atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah:
a.
Menyenangkan hati klien
b.
Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain
c.
Memberikan rasa puas pada klien
d.
Memberikan rasa aman pada pembicara
e.
Menunjukkan rasa saling percaya
f.
Menghargai pembicaraan
3.
Teknik menjadi pendengar yang baik
Agar
kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara
meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara
menjadi pendengar yang baik adalah:
a.
Kesiapan mendengarkan
b.
Partisipasi dalam proses mendengarkan
c.
Menekankan pemahaman bukan mengkritik
d.
Mengendalikan emosi
e.
Menangkap ide pokok pembicaraan
f.
Tunjukkan sikap terbuka
g.
Kontak mata yang baik
h.
Posisi sejajar dengan klien
i.
Gunakan sentuhan
j.
Peliharalah rasa humor
k.
Gunakan pertanyaan terbuka
l.
Gunakan teknik terarah
4.
Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik
Pada
dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan tertentu.
Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa empati, cepat
tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil suatu
tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki pendengaran
yang tajam.
E.
TEKNIK WAWANCARA
Supaya
kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui cara atau
teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:
1.
Inisiatif
Diberikan
inisiatif kepada klien dengan cara:
a.
Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya.
b.
Mengemukakan pendapatnya.
c.
Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.
Dalam
hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan memotong
pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata atau mendorong
klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan yang cukup untuk
mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.
2.
Pendekatan tidak langsung
Kita
hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya. Umpamakanlah
sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat lingkaran
tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk agar kita sampai ditengah-tengah
lingkaran.
3.
Pertanyaan terbuka
Teknik
yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan mengajukan pertanyaan
terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengutarakan masalah yang dihadapinya. Pertanyaan terbuka sebagai cara
pendekatan yang baik dan penting setiap wawancara karena pertanyaan terbuka
memerlukan jawaban yang panjang dan banyak dapat menggali pendapat klien.
4.
Penggunaan aktivitas verbal
Dengan
penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan diselingi beberapa
pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.
5.
Wawancara spontan
Dengan
suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai atau rileks
dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana sehungga klien tidak
merasa malu atau canggung menghilangkan kesenjangan.
6.
Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara
Kita
harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu klien
bicara.
F.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA
Pada
waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1.
Faktor penunjang
Dilihat
dari klien
Kecakapan
dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien yaitu sikap klien
yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.
Dilihat
dari pewawancara
Berhasil
tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang dibutuhkan adalah:
·
Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat menggali
seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti pembicaraan dan
cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal.
·
Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan
pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling percaya. Sikap
pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati tetapi tegas.
·
Pengetahuan. Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat mencerna
isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap pembicaraan klien.
·
Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan atau
adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan diri
dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.
2.
Faktor penghambat
Faktor-faktor
yang menghambat jalannya wawancara adalah:
a.
Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan terbuka
serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap pembicaraan.
b.
Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap
klien/keluarga/masyarakat.
c.
Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.
PENDOKUMENTASIAN
PELAYANAN KEBIDANAN
A. PENGERTIAN
Dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan atau
rekaman.
Dokumentasi
merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen kebidanan,
1995).
Pendokumentasian
adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian
jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Catatan pasien
merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat, sakit pasien pada saat
lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan
atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi informasi yang
mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien terhadap asuhan
keperawatan atau kebidanan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta
berisi beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.
Dokumentasi
kebidanan
Dokumentasi
kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan dalam
melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang
akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi
kebidanan merupakan bukti legal dari asuhan pelaksanan kebidanan.
Dokumentasi
asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh bidan setelah memberikan asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan
pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang
diterimanya. Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar
dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat
sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung
jawabkan.
Dokumentasi
kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan
sasuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan
standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga
kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan atau kebidanan secara baik
dan benar.
B. TUJUAN
DOKUMENTASI
1. Sebagai
sarana komunikasi
Dokumentasi
yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk :
a. Membantu
koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.
b. Mencegah
informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau
mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan pada pasien
c. Membantu tim
perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya
untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan/kebidanan yang
diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan
tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan
terhadap pasien.
3. Sebagai
informasi statistik
Data statistik
dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan
dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4. Sebagai
sarana pendidikan
Dokumentasi
asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam
proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya,
baik teori maupun praktik lapangan.
5. Sebagai
sumber data penelitian
Informasi yang
ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal
ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan
yang diberikan,sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk
pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6. Sebagai
jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui
dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan
keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas
merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan
tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yanh kontinu, akurat dan rutin baik
yang dilakukan oleh perawat / bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit
jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan
keperawatan / kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7. Sebagai
sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan
Dengan
dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh
kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses
keperawatan kebidanan.
C. PRINSIP –
PRINSIP PENCATATAN / DOKKUMENTASI
Prinsip
pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pecatatan.
a. Isi
pencatatan
1. Mengandung
nilai administratif
2. Mengandung
nilai hukum
3. Mengandung
nilai keuangan
4. Mengandung
nilai riset
5. Mengandung
nilai edukasi
b. Teknik
pencatatan
1. Menulis nama
pasien pada setiap halaman catatan perawata/bidan
2. Mudah
dibaca, sebaiknya menbggunakan tinta warna biru / hitam
3. Akurat,
menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat
dipercaya secara faktual
4. Ringkas,
singkatan yang biasanya digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai.
5. Pencatatan
mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.
6. Jika terjadi
kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah”
diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar
“jangan dihapus” . validitas pemcatatan akan rusak jika ada penghapusan.
7. Tulis nama
jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
8. Jika
pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu
dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
D. JENIS –
JENIS PENCATATAN
Ada dua jenis
pencatatan :
1. Catatan
pasien secara tradisional
Catatan pasien
secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana
setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat,
dokter, atau tim kesehatan lainnya.
2. catatan
berorientasi pada masalah
Pencatatan yang
berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang di alami pasien.
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, Dimana
dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien
tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan
nama “Problem Oriented Method”.
Problem
Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim
kesehatan mengidentifikasi masalah – masalah pasien, merencanakan terapi,
diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasien. POR
adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap
pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisis setempat.
Komponen dasar
POR terdiri dari empat bagian yaitu :
a. Data dasar
b. Daftar
masalah
c. Rencana
d. Catatan
perkembangan pasien.
E. POLA
PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN
Sistem
pendokumentasian keenidanan dengan pengumpulan data rekam medik
1. Rekam Medik
Rekam medis
disini diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun terekam tentang
identitas anamnesa, penetuan fisik laboratoruim, diagnosa segala kebidanan dan
rindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat
inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan darurat kalau diartikan
secara sederhana rekam medis seakan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang
keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih luas tidak hanya catatan biasa, akan
tetapi sudah merupakan segala informasi yang menyangkut tindakan lebih lanjut
dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya,yang diberikan kepada
seorang pasien yang datang ke rumah sakit.
Tujuan dan
kegunaan rekam medis terdapat 2 pengertian :
1. Tujuan Rekam
Medis
Adalah untuk
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan dirumah sakit, tanpa didukung suatu sistem pengelolaan
rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah salit akan
berhasil sebagaimana diharapkan.
2. Kegunaan
rekam medis
Kegunaan rekam medis
dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :
a. Aspek
administrasi
b. Aspek hukum
c. Aspek
keuangan
d. Aspek
penelitian
e. Aspek
pendidikan
f. Askeb
dokumentasi
3. Pengolahan
data medis
Kegiatan dalam
pengolahan data ini adalah :
a. Coding
Membuat kode
atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang ada,
berdasarkan pengelompokan penyakit yang di tuangkan dalam bentuk kode.
b. Indexing
Pembuatan
indexs diantaranya indexs rawat jalan, inap, bedah penyakit, semua ini
dipersiapkan untuk membuat laporan statistik rumah sakit.
4. Penyimpanan
rekam medis
Terdapat dua
cara penyimpanan :
a. Sentralisasi
Penyimpanan
rekam medik seorang pasien dalam satu kesatuan catatan medik.
b.
Desentralisasi
Penyimpanan
dengan cara pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan pasien dirawat.
C. POLA
PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN
SOAP
1. Pengertian
SOAP ® Catatan yang
bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
2. Identifikasi
langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP
a. S =
Subjective Data = Data Subjektif
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
b. O =
Objective Data = Objektif Data
Menggambarka
pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk mendukung Assesment.
c. A =
Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi data subjektif dan data
objektif dalam suatu identifikasi.
d. P =
Perencanaan
Menggambarkan
pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara menyeluruh dalam
melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi efektivitas asuhan yang
diberikan.
SOAPIER
1. Pengertian
SOAPIER ® format yang
lebih tepat yang digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan
proses evaluasi mulai dilakukan.
2. Identifikasi
langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAPIER
S : Subjective ® Pernyataan
atau keluhan pasien
O : Objective ® Data yang di
observasi
A : Assesment ® Kesimpulan
berdasarkan data Objektif dan Subjektif
P : Planning ® Apa yang
dilakukan terhadap masalah
I :
Implementation ® Bagaimana dilakukan
E : Evaluation ® Respon pasien
terhadap tindakan keperwatan atau kebidanan
R : Revised ® apakah rencana
keperawatan atau kebidanan akan dirubah.
No comments:
Post a Comment